Di Semarang ada seorang Adipati yang bernama Ki Pandhan Arang. Ki Pandhan Arang terkenal dengan harta kekayaannya yang melimpah. Ki Pandan Arang mempunyai perbuatan yang tidak baik. Ia mempunyai watak yang senang mengagungkan kekayaannya, senang pamer, dan kikir. Mengerti akan keadaan yang seperti itu Sunan Kalijaga ingin mengingatkannya. Sunan Kalijaga menyamar berpura-pura menjadi penjual rumput.
Selain menawarkan rumput juga mengajarkan perilaku
yang baik. Uang pembelian dari Ki Pandhan Arang di kembalikan dengan memasukkan
ke dalam tali yang mengikat rumput. Hampir setiap hari Sunan Kalijaga
mengirimkan rumput untuk makanan kuda lan member pelajaran. Apa yang di
lakukan Sunan Kalijaga tidak pernah di perhatikan Ki Pandhan Arang. Akhirnya
Sunan Kalijaga yang berpura-pura menjadi pedagang rumput, berkata kalau ia bisa
membuat emas dari tanah. Karena hidupnya hanya untuk harta, Ki Pandhan Arang ingin
membuktikan kesaktian penjual rumput.
Ki Pandhan mengambil cangkul di berikan kepada penjual
rumput itu. Penjual rumput mengambil cangkul, dan mulailah mencangkul. Setiap
mencangkul tanah, tanah berubah menjadi emas. Ki Pandhan Arang merasa terheran-heran
dengan kesaktian penjual rumput. Penjual rumput tersenyum, dan mengatakan kalau
sebenarnya dirinya adalah Sunan Kalijaga. Mendengar hal itu Ki Pandhan Arang
langsung jatuh tersungkur, sujud menyembah dan meminta maaf.
Ki Pandhan Arang merasa berdosa, selama menjadi
Adipati tidak pernah memperhatikan rakyat. Kemudian ia bertobat tidak ingin
menjadi Adipati lagi, dan ingin berguru mencari ilmu lagi. Sunan Kalijaga
memberikan pengampunan, dan menerima sebagi murid tetapi tempat belajarnya di
Jabalkat. Untuk menuju Jabalkat saratnya Cuma satu yaitu tidak boleh membawa
harta sedikitpun. Ketika
Ki Pandhan Arang akan berangkat ke Jabalkat, istrinya menyembunyikan emas-emas
an dalam tongkatnya. Pagi hari menjelang subuh mereka bertiga berangkat kea rah
selatan. Tiba di suatu tempat, karena kelelahan mereka beristirahat di bawah
pohon. Istri Ki Pandhan Arang memegang tongkat yang di bawanya dengan
erat-erat. Tiba-tiba datang tiga orang meminta apa saja yang di bawa termasuk
tongkat. Setelah itu istri Ki Pandhan Arang berteriak-teriak.
“Kang mas! Kang Mas! Kang Mas! Tuluuuung! Wonten
tiyang salah tiga!’(ada orang salah tiga) Ki Pandhan Arang bertanya apa saja
yang di rampok. Setelah tahu ia berkata “semua harus di ikhlaskan karena emas,
intan dan harta benda hanyalah titipan. Kemudian Sunan Kalijaga berkata “suk
yen ana rejane jaman papan iki becike di jenengake salahtiga.
Sampai sekarang tempat tersebut dinamakan Salatiga. Dari
Buku Bahasa Jawa
0 comments:
Post a Comment