Friday 3 October 2014

ASAL USUL KOTA SALATIGA




Di Semarang ada seorang Adipati yang bernama Ki Pandhan Arang. Ki Pandhan Arang terkenal dengan harta kekayaannya yang melimpah. Ki Pandan Arang mempunyai perbuatan yang tidak baik. Ia mempunyai watak yang senang mengagungkan kekayaannya, senang pamer, dan kikir. Mengerti akan keadaan yang seperti itu Sunan Kalijaga ingin mengingatkannya. Sunan Kalijaga menyamar berpura-pura menjadi penjual rumput.
Selain menawarkan rumput juga mengajarkan perilaku yang baik. Uang pembelian dari Ki Pandhan Arang di kembalikan dengan memasukkan ke dalam tali yang mengikat rumput. Hampir setiap hari Sunan Kalijaga mengirimkan rumput untuk makanan kuda lan member pelajaran.   Apa yang di lakukan Sunan Kalijaga tidak pernah di perhatikan Ki Pandhan Arang. Akhirnya Sunan Kalijaga yang berpura-pura menjadi pedagang rumput, berkata kalau ia bisa membuat emas dari tanah. Karena hidupnya hanya untuk harta, Ki Pandhan Arang ingin membuktikan kesaktian penjual rumput.
Ki Pandhan mengambil cangkul di berikan kepada penjual rumput itu. Penjual rumput mengambil cangkul, dan mulailah mencangkul. Setiap mencangkul tanah, tanah berubah menjadi emas. Ki Pandhan Arang merasa terheran-heran dengan kesaktian penjual rumput. Penjual rumput tersenyum, dan mengatakan kalau sebenarnya dirinya adalah Sunan Kalijaga. Mendengar hal itu Ki Pandhan Arang langsung jatuh tersungkur, sujud menyembah dan meminta maaf.
Ki Pandhan Arang merasa berdosa, selama menjadi Adipati tidak pernah memperhatikan rakyat. Kemudian ia bertobat tidak ingin menjadi Adipati lagi, dan ingin berguru mencari ilmu lagi. Sunan Kalijaga memberikan pengampunan, dan menerima sebagi murid tetapi tempat belajarnya di Jabalkat. Untuk menuju Jabalkat saratnya Cuma satu yaitu tidak boleh membawa harta sedikitpun.   Ketika Ki Pandhan Arang akan berangkat ke Jabalkat, istrinya menyembunyikan emas-emas an dalam tongkatnya. Pagi hari menjelang subuh mereka bertiga berangkat kea rah selatan. Tiba di suatu tempat, karena kelelahan mereka beristirahat di bawah pohon. Istri Ki Pandhan Arang memegang tongkat yang di bawanya dengan erat-erat. Tiba-tiba datang tiga orang meminta apa saja yang di bawa termasuk tongkat. Setelah itu istri Ki Pandhan Arang berteriak-teriak.
“Kang mas! Kang Mas! Kang Mas! Tuluuuung! Wonten tiyang salah tiga!’(ada orang salah tiga) Ki Pandhan Arang bertanya apa saja yang di rampok. Setelah tahu ia berkata “semua harus di ikhlaskan karena emas, intan dan harta benda hanyalah titipan. Kemudian Sunan Kalijaga berkata “suk yen ana rejane jaman papan iki becike di jenengake salahtiga.
Sampai sekarang tempat tersebut dinamakan Salatiga. Dari Buku Bahasa Jawa

0 comments:

Post a Comment